Hidup dan pekerjaan bagaikan dua sisi dari mata uang yang sama. Yang pertama ditopang oleh yang kedua. Sebaliknya yang kedua dimungkinkan yang pertama. Pekerjaan yang saya maksud adalah semua aktivitas yang kita buat untuk menopang kebutuhan-kebutuhan dasar kita (basic needs) seperti sandang,pangan dan rumah. Kita mengorbankan banyak waktu, uang dan banyak hal lainnya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan mendatangkan penghasilan yang lumayan atau kalau bisa berlebih. Coba kalkulasikan berapa biaya yang dikeluarkan sejak kita masuk TK hingga lulus PT. Tidak hanya biaya, tenaga dan pikiran banyak kita kuras dari memelototi buku-buku mata pelajaran hingga memelototi langit-langit kamar kost kita - pikir-pikir bagaimana caranya mendapatkan duit sementara menunggu duit kiriman orangtua yang belum datang-datang juga. Ketika kita berhasil mendapatkan pekerjaan, rasanya hati plong, lega. Apalagi jika pekerjaan itu tidak saja mendatangkan uang yang banyak tapi bergengsi. Ada nilai tambah di dalamnya yakni status, dan mungkin juga popularitas. Dalam pekerjaan akhirnya diri kita seolah-olah menemukan pelabuhan yang aman. " "Beristirahatlah jiwaku padamu segala barang dan pekerjaan"
Jika kita di-PHK, misalnya karena perusahan gulung tikar, kita cemas dan bingung. Pesangon yang meskipun kadang-kadang besar, hanya menghibur kita sementara saja. Ketiadaan pekerjaan membuat hidup dan masa depan kita tidak pasti. Apalagi jika kita dipecat dari posisi atau jabatan yang cukup strategis, hidup seolah kehilangan penopangnya. Pengalaman ini tentu tidak pernah diinginkan oleh siapapun yang 'normal'; tidak ada yang mau kehilangan pekerjaannya apalagi jabatan yang strategis dan bergengsi. Bahkan, tidak sedikit dari kita yang berusaha mempertahankannya dengan banyak macam cara, dengan sikap ABS pada bos/atasan sampai nyogok sana sini. Kita tidak ingin status kita di tengah masyarakat hilang. Sikap seperti ini tidak pernah membuat kita at home dengan pekerjaan kita, bahkan seringkali kreativitas tidak berkembang baik.Lain rasanya jika kreativitas itu tumbuh dari dorongan dalam diri daripada kreativitas yang dipaksa untuk menyenangkan orang lain - dalam hal ini bos/atasan. Pekerjaan menguasai kita,dan kita tidak bahagia karenanya.
St. Yohanes Pembabtis yang kemartirannya kita peringati hari ini membantu kita untuk tetap menjaga profesionalitas dalam pekerjaan kita dengan kesetiaan pada tugas, keberanian untuk mengoreksi dan membangun perusahaan atau tempat kerja kita, dan siap kadang-kadang ambil resiko dijauhi oleh rekan-rekan bahkan dipecat atasan. Beranikah anda? Mungkin anda bisa bertanya:"lalu bagaimana masa depan saya? siapa dan apa yang bisa menjaminnya?" Jangan kuatir, percayalah pada kemampuan diri anda. Kemampuan dan ketekunan anda yang menentukan apakah anda mampu bersaing di tengah rekruitmen tenaga kerja yang baru. Dan percayalah pada sabda Tuhan ini "Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan, pakaian ataupun hiasan?" Bukankah burung di udara yang tidak menabur dan menuai selalu mendapat makanan dari Tuhan. Apalagi kita manusia dan anda yang mencintai kebenaran.
Salam,
Ronald,s.x.

0 komentar:

Blogger Template by Blogcrowds