Renungan hari Senin, 6 Agustus 2007 Pesta Yesus Menampakkan Kemulian-Nya Bac.: Dan. 7:9-10.13-14.17; 2Ptr.1:16-19; Luk.9:28b-36

Anda yang gandrung dengan film-film indonesia tentu akrab dengan salah satu penggalan soundtrack film layar lebar mendadak dangdut. Kata-kata itu mau mengungkapkan pengalaman pilihan Titi Kamal, si penyanyi dangdut keliling, untuk setia dan bahagia dengan pilihan hidupnya. Susah dan senang jika dipikul dan dinikmati bersama membahagiakan, dan bukan sebaliknya.
"Betapa bahagianya kami berada di tempat ini,..." yang diucapakan Petrus pada pengalaman peristiwa transfigurasi Yesus, adalah pernyataan diri Petrus yang mau setia mengikuti Yesus. Petrus gembira dan ingin ikut serta dalam keagungan dan kemuliaan itu, persis ketika dia terjaga dari tidurnya dan 'melihat' Yesus bercengkerama dengan Elia dan Musa. Ini mirip dengan pengalaman masa kecil saya.Ketika disuruh cuci piring, saya menolak. Tapi, ketika melihat papa saya memperlihatkan permen atau duit di tangan, saya cepat-cepat bilang 'iya'. Maksudnya, sikap dasar petrus sepertinya perlu dicek lagi. Apa betul dia sungguh-sungguh, apalagi dia kan baru terjaga dari tidur.
Yang mengejutkan adalah apa yang terjadi sesudahnya. Bersamaan dengan terdengarnya suara dari awan "inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia,"-yang ada di depan mata Petrus, Yohanes dan Yakobus hanyalah Yesus seorang diri, Yesus yang biasa mereka jumpai, yang saat itu dalam perjalanan menuju Yerusalem; sebuah perjalanan yang ditentang oleh para murid-Nya. Jika diperhatikan pada perikop sebelumnya (Lukas 12:22-27), Yesus menyatakan bahwa dia akan menanggung banyak penderitaan dan dibunuh...
Seorang diri dan menjadi sendiri adalah kenyataan yang harus kita terima, betapaun kita pingin mengelaknya. Banyak orang yang tak tahan sendiri. Ketika mendapat masalah, langsung mencari pelarian dalam banyak macam hal, bahkan dalam hiburan-hiburan yang tidak sehat. Pesta hari ini selain mengajak kita untuk merayakan keterpilihan kita sebagai murid Yesus- untuk terlibat dalam karyanya- juga mendesak kita untuk melihat diri kita. Apakah saya bahagia dengan pilihan saya? Apakah saya tetap bertahan dan bertekun walau dalam kesendirian, walau sedang dirundung persoalan? Apakah saya bahagia juga dengan pasangan hidup saya (jika sudah menikah dan berkeluarga)?
Petrus,Yakobus dan Yohanes lama-lama mengerti bahwa mengikuti Yesus sejatinya adalah ikut serta dalam perjalan menuju Yersulem, untuk menuntaskan misi-Nya melaksanakan kehendak Bapa, meski harus mati karena itu. Walaupun, semua rasul -kecuali Yohanes dan para murid wanita juga Maria - melariakan diri saat Yesus disalibkan, kita hendaknya tetap setia mengikuti Dia sampai akhir, dalam karya kita masing-masing. Semoga kita juga tetap setia ikut serta memikul salib sesama kita, berjuang membangkitkan pengharapan sesama kita yang pudar karena persoalan-persoalan mereka.
Tuhan memberkati,
Fr.Ronald,s.x

0 komentar:

Blogger Template by Blogcrowds