Aku Pingin Ketemu Kamu


Marta dan Maria dalam Injil dikenal sebagai sahabat-sahabat dekat Yesus. Kisah mereka diceritakan persis setelah kisah orang Samaria yang murah hati. Kisah orang Samaria ini menjadi ilustrasi yang dibuat Yesus untuk menjelaskan arti hukum cinta kasih kepada ahli Taurat yang mencobai Dia (Lukas 10:25-37). Kenapa riwayat mereka yang singkat perlu dimasukkan dalam Injil? Sedemikian pentingkah mereka? Begitu istimewanyakah perbuatan yang mereka lakukan?
Yang pasti, berdasarkan Injil, mereka adalah orang yang dikenal dan mengenal Yesus secara dekat. Buktinya, mereka menerima Yesus dan para murid yang singgah di kampung dan rumah mereka. Besar kemungkinan, kedatangan Yesus itu tidak direncanakan. Sulit membayangkan bahwa saat itu misalnya Yesus mengirim sms pada mereka berdua bahwa Ia akan datang. Kedatangan Yesus yang mendadak ini tentu merepotkan. Apalagi selain sebagai sahabat, Yesus kan sudah terlanjur dikenal dan dihormati banyak orang. Maka, penyambutan yang istimewa perlu dipersiapkan. Faktanya, Yesus datang. Bisa dimengerti betapa sibuknya Marta dan Maria. Lagipula mereka harus melayani pula keduabelas murid. Marta yang kiranya sebagai saudara yang lebih tua mengambil inisiatif untuk menyiapkan makanan dan minuman. Jadi dia sibuk di dapur. Sementara Maria memilih untuk menemani Yesus dan para murid ngobrol. Kiranya Maria tidak tega membiarkan kakaknya sibuk sendiri. Tapi lebih tak tega lagi jika dia membiarkan tamu-tamunya diam melongo. Maria kemudian terus mendengarkan cerita-cerita Yesus. Saking asyiknya sampai lupa bahwa Marta sebenarnya butuh bantuan. Cukup dimaklumi perasaan Marta. Pantas kalau dia menggerutu:" Tuhan, tidakkah Engkau peduli bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku. " (ayat.40). Nampaknya hidangan belum selesai dipersiapkan.
Jawaban Yesus sungguh mengesankan. " Marta, Marta, engaku kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil daripadanya". (ayat 41-42). Satu saja yang perlu, apakah gerangan? Bukankah kita sepakat dengan tindakan Marta bahwa rasa hormat dan rasa cinta kita pada orang kita wujudkan dengan selalu memberikan dan mengerjakan apa-apa yang menyenangkannya? Untuk kekasih kita, kita berikan bunga rose atau bahkan sepatu cinderella. Untuk anak, kita berikan dia mainan kesukaanya. Untuk mertua kita, kita siapkan masakan kesukaanya. Dan kita selalu merasa yakin barang-barang berharga selalu menentukan seberapa besar penerimaan orang atas diri kita. Sering saking kurang percaya diri, kita berusaha meyakinkan orang -dengan prestasi, barang,uang dan harta lainnya- bahwa kita pantas dicintai dan dihormati. Tidak sedikit dari kita berpikir bahwa karena perbuatan baik; karena tindakan-tindakan amal saleh kita, kita pantas untuk menerima berkah dan anugerah berlimpah dari Tuhan.
Hanya satu yang perlu. Yesus sebenarnya mau mengatakan kepada Marta: " Aku pingin ketemu kamu. Aku pingin lama berbicara denganmu. Aku pingin melepas rindu. Indah rasanya kalau mendengar cerita-ceritamu.". Yesus ingin ketemu dan menjumpai Marta dan Maria apa adanya bahkan dalam keadaan bahwa mereka tidak siap melayani Dia. Yesus tidak melarang Marta untuk menyiapkan makanan minuman untuk Dia dan para muridnya. Tidak. Dia hanya ingin Marta menyediakan sedikit waktu untuk berbicara dan mendengarkan Dia seperti Maria. Dia pingin tahu apa saja pengalaman Maria.
Di sinilah letak pentingnya kisah Marta dan Maria. Melalui kisah ini Yesus mengajarkah betapa pentingnya perjumpaan pribadi dengan Dia. Dia menuntut agar masing-masing kita dalam situasi dan pekerjaan kita masing-masing mencari waktu berapa pun lamanya untuk sejenak berhenti untuk berdoa, bersyukur kalau ada yang patut disyukuri, protes kalau ada yang pantas dikeluhkan pada Dia. Ingat! sebagai orang Kristiani kita tidak sedang mengikuti aturan atau hukum, melainkan kita mengikuti dan berjumpa dengan seorang Pribadi yang mengubah hidup kita.
Semoga kisah ini juga membantu kita untuk mengembangkan relasi yang lebih baik dengan keluarga atau sahabat. Otentisitas relasi itu terletak dalam kesediaan untuk selalu memberi waktu untuk saling mendengarkan; bukan dengan membelanjakan atau menghadiahkan sedemikian banyak barang.

salam,

ronald,s.x.

0 komentar:

Blogger Template by Blogcrowds